April 28, 2015 | BPS Activities
Dengan ukuran sampelnya yang besar, serta verifikasi kematian yang dilakukan dalam rangka meningkatkan completeness pelaporan kematian dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan klasifikasi kematian, memberikan peluang adanya beberapa pendekatan dalam menghitung indikator kematian. Masih menurut Soeharsono, namun berbagai pendekatan tersebut dapat menimbulkan keraguan, yaitu indikator kematian dari pendekatan yang mana yang harus dipilih, atau sebaliknya justru memberikan peluang untuk melakukan pengkajian pendekatan yang paling tepat untuk menghitung indikator kematian di Indonesia.
Indikator kematian memang masih menjadi indikator kependudukan yang sulit untuk dihitung. Tidak memadainya sistem catatan sipil dan registrasi vital sebagai sumber data ideal kematian, menjadi batasan sulitnya penghitungan indikator kematian. Melalui Sensus Penduduk 2010 (SP2010) lalu, BPS telah mencoba untuk mendapatkan data kematian dengan cara langsung (direct method), namun nampaknya dihadapkan pada masalah under-reporting data yang disebabkan oleh incompleteness dan misclassification. SUPAS2015 dirancang untuk dapat memberikan data kematian yang lebih baik.
Namun, semua penghitungan angka kematian sangat dipengaruhi oleh kemampuan menjaga mutu data yang dikumpulkan. Rangkaian kegiatan SUPAS2015 mulai dari persiapan, training, pengawasan pengumpulan data, dan rekonsiliasi menjadi satu rangkaian yang sangat penting untuk menghasilkan data yang bermutu dan berkualitas. Terakhir, Soeharsono berpesan, “Hal yang tidak kalah penting adalah pencacah lapangan juga harus memiliki pemahaman yang memadai tentang konsep kematian serta manfaatnya untuk pengguna, sehingga tujuan SUPAS2015 untuk menghasilkan data kematian yang akurat dapat tercapai.”
Related News
BPS-Statistics Indonesia
Badan Pusat Statistik Kabupaten Bengkulu Selatan (BPS-Statistics Bengkulu Selatan Regency)Jalan Affan Bachsin No.108A RT.07 Pasar Baru Kota Manna 38512 Telp./Fax.: 0739-21048 E-Mail: bps1701@.bps.go.id